VIVAnews - Menteri Lingkungan Hidup Balthasar Kambuaya
mengatakan kerusakan hutan di Kalimantan merupakan imbas dari
pembangunan ekonomi. Untuk mencegah kondisi yang lebih buruk, Kambuaya
berharap pembangunan ekonomi lebih memperhatikan kondisi lingkungan.
"Di
Indonesia, titik berat pembangunan adalah pertumbuhan dan Kalimantan
betul-betul menjadi sumber pendapatan negara. Sehingga berdampak pada
kondisi lingkungan yang sekarang ini," kata Balthasar saat menghadiri
rapat koordinasi ekoregion Kalimantan di Pontianak, Rabu 27 Februari
2013.
"Pembangunan yang mengutamakan pertumbuhan mengancam
lingkungan hidup, karena adanya eksploitasi berlebihan. Beberapa
konferensi internasional telah diselenggarakan dalam rangka perlindungan
lingkungan hidup di seluruh dunia."
Menurut Balthasar,
Kalimantan memiliki sumber daya alam yang sangat melimpah. Hasil tambang
juga banyak tersimpan di bumi Kalimantan. Namun, pengelolaan kekayaan
bumi Kalimantan itu rupanya tidak bagus, sehingga malah merusak alam.
Kalimantan pun menjadi sorotan dunia karena kesalahan mengelola
lingkungan itu.
"Kesalahan dalam mengelola hutan menjadi sorotan
dunia internasional saat ini. Sekitar 41 persen dari cadangan batubara
nasional ada di Kalimantan, 9 persen cadangan minyak nasional ada di
Kalimantan, dan 11 persen gas nasional ada di Kalimantan," kata
Balthasar.
Balthasar menambahkan, saat ini kawasan hutan di
Kalimantan sudah banyak yang digunakan untuk bisnis. "Sekitar 58 juta
hektar atau 72 persen sudah menjadi tempat bisnis, padahal kalau kita
lihat Peraturan Presiden 40 persen Kalimantan merupakan kawasan
konservasi," katanya.
Sementara itu, menurut Gubernur Kalimantan
Barat Cornelis, mayoritas izin perkebunan yang dikeluarkan oleh para
bupati di wilayahnya tidak menyisakan daerah untuk konservasi. "Hanya
ada perusahaan perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Kayong Utara yang
sudah membuat area konservasi. Perlu menata lingkungan yang baik mulai
dari rumah tangga," katanya. (eh
Tidak ada komentar:
Posting Komentar